NILAI SOSIAL DALAM NOVEL “ THE MAN OLD AND THE SEA”



TUGAS

TELAAH PROSA INDONESIA


 

 

Nama : Rima Selvani

NIM : 15017050

 

 

SASTRA INDONESIA
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

  

 


Pengantar
The Old Man And The Sea menceritakan tentang kisah perjuangan seorang nelayan tua asal Kuba bernama Santiago di tengah laut lepas demi menangkap seekor ikan. Usianya memang sudah tak muda lagi, tapi kemauan keras dan semangatnya tak perlu diragukan. Meskipun tubuhnya tidak sekuat dulu, semangat Santiago yang hebat itu mampu memunculkan tenaga yang luar biasa. Tapi, sudah 84 hari ia melaut, namun Santiago tak kunjung mendapatkan ikan. Ia bahkan sering diolok-olok nelayan lain karena tidak pernah mendapatkan ikan lagi.Tapi santiago memiliki nasib baik, seorang anak yang baik hati sering membantunya dan merawatnya. Namanya Manolin. Manolin memang hanya anak yang tinggal di dekat rumahnya, tetapi ia sangat menyayangi Santiago seperti ayah atau kakeknya sendiri. Setiap hari Manolin selalu datang ke gubuk Santiago, menyelimutinya saat tidur, memberinya makanan, dan membantunya menyiapkan perlengkapan melaut. Santiago berencana untuk kembali lagi melaut. Kali ini ia yakin akan mendapatkan ikan. Ia tidak mengizinkan Manolin menemaninya, tetapi Manolin boleh membantunya mempersiapkan umpan, alat pancing dan kebutuhan kapalnya, juga memberikan semangat dan dukunganSantiago berangkat dengan kapal kecilnya. Makan seadanya dan istirahat seadanya. Ia terus menunggu seekor ikan besar memakan umpannya. Seekor ikan marlin yang sangat besar ternyata memakan umpan Pak Tua. Namun, ikan itu terlalu besar dan Santiago tidak sanggup menarik ikan itu. Marlin raksasa itu mulai menyeret kapal Santiago ke arah yang lebih jauh, tempat di mana hiu-hiu berada. Santiago harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk menaklukkan ikan tersebut. Entah sudah berapa hari berlalu, ia masih tarik ulur dengan ikan itu. Dan akhirnya dengan kerja keras dan dengan kekuatan yang tersisa Santiago berhasil megalahkan ikan Marlin itu dan membawanya pulang. Kali ini saya akan menyampaikan tentang nilai sosial yang ingin di sampaikan pengrang pada novel  “The Old Man And The Sea”

Teori
Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat . Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).
Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
v  Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, sepertipolitik, ekonomi, hukum dan sosial
v  Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat. Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
v  Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti lebaran atau natal. 
v  Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
Nilai mendarah daging (internalized value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro,nilai sosial terbagi 3, yaitu:
  1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
  2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
  3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.
Nilai sosial dalam novel
Menurut saya, penulis novel ini sengaja mengaitkan cerita buatanya dengan keadaan sosial yang benar-benar ada di lingkungannya. Seperti yang tergambar dalam tokoh Santiago dan Ikan Marlin, penulis berusaha menampilkan bagaimana sisi manusia kebanyakan. Masyarakat yang selalu saja memperdebatkan sesutu masalah dan tak ada yang ingin mengalah sampai harus benar-benar ada yang kalah diantara salah satunya. Dan menulis juga seperti ingin melihatkan kepada pembaca bagaimana di daerahnya sistem “Hukum Rimba” masih sering dibakai yaitu yang kuat/menang dialah yang berkuasa”. Hukum Rimba yang masih diterapkan ini menurut saya memiliki dampak negatif karna tak banyak orang-orang yang lemah tertindas oleh orang yang kuat. Namun, tak selalu memiliki dampak negatif, hukum rimba ini sendiri juga memiliki dampak positif, dengan adanya “yang kuat/menang dialah yang berkuasa” para orang-orang yang ingin di pandang atau dihormati akan lebih bekerja keras untuk sukses dan dihormati. Seperti tokoh Santiago yang mati-matian dan menggunakan semua tenaganya untuk menangkap Ikan Marlin besar itu agar bisa ia bawa pulang dan bisa ia banggakan kepada teman sesama nelayannya agar ia tak di hina dan di tertawakan lagi. Dan Santiago juga ingin Membanggakan Manolin,anak kecil yang selalu membantunya dan juga telah ia anggap sebagai anak. Hal ini dapat dibuktikan berikut:
“Lalu apa rencanaku berikutnya ? Aku harus bisa mengakali si ikan itu. Jika ia melompat, aku bisa membunuhnya. Tapi jika ia bertahan selamanya, aku juga akan bertahan selamanya.”
“Si bocah lelaki itu membuatku bertahan hidup. Aku harus berhenti menipu diri.”-Hal 136
“Tetapi lelaki tak diciptakan untuk kalah,” katanya. “Seorang lelaki bisa tapi tak bisa dikalahkan.” –Hal 133
“Kau boleh berusaha sekarang, ikan,” pikirnya. “Akan kukalahkan kau saat giliranku tiba.” -Hal 114
“ Ini sudah hari kedua karena aku tak tahu hasilnya,” pikirnya. “Tapi aku harus percaya diri, dan aku pasti setara dengan DiManggio si perkasa yang melakukan semua hal dengan sempurna, bahkan dengan rasa sakit karena taji tulang di tumitnya...” –Hal 86
“Mungkin aku seharusnya tak menjadi seorang nelayan,” pikirnya. “ Tapi itulah tujuan hidupku, untuk itulah aku dilahirkan. Aku benar-benar harus ingat untuk makan tunanya setelah hari terang.” –Hal 63

Tokoh Manolin sendiri menurut saya juga menggambarkan dalam suatu daerah yang hanya mementingkan diri sendiri-sendiri masih ada juga yang peduli terhadap sesama dan ingin menolong sesorang yang bukan keluarganya dengan ikhlas. Ikan marlin menurut saya sendiri seperti simbol orang-orang yang yang mau bekerja keras namun harus rela kalah oleh orang yang lebih kuat darinya. Pengrarang seperti ingin menyampaikan bahwa kerja keras yang kita lakukan walaupun gagal pasti akan bermanfaat bagi orang lain. Seperti saat si Ikan Marlin yang berhasil dibawa oleh Santiago dalam keadaan mati namun harus sampai ke tepian dengan keadaan hanya tinggal bagian kepala dan kerangka karna di perjalanan dimakan oleh ikan hiu.Ada juga Burung, burung yang singgah sebentar pada perahu yang dikenakan Santiago. Menurut saya Burung disini di buat penulis sebagai simbol orang-orang yang hanya datang ketika butuh dan pergi jika kebutuhannya telah terpenuhi.Jadi,menurut saya semua tokoh yang dibuat oleh penulis memiliki simbol dan tujuannya tersendiri untuk menyampaikan nilai-nilai sosial yang ada di daerah tempat hidup pengarang.
“Aku tetap ingin pergi bersamamu, meskipun kau tidak memperbolehkanku menangkap ikan. Aku ingin membantu dan melakukan hal lain.” –Hal 14
“...Si bocah lelaki itu mengambil selimut tentara tua dari tempat tidur dan menggelarnya di atas punggung kursi dan di atas bahu si lelaki tua...” ­–Hal 22
“Aku mungkin tak sekuat dugaanku,” ucap si lelaki tua. “Tapi aku tahu banyak trik dan aku juga punya tekad yang besar.” –Hal 28
Seekor burung kecil datang ke arah sampan dari utara. Ia adalah seekor burung pengicau dan terbang sangat rendah di atas air. Lelaki tua dapat melihat bahwa ia sangat lelah. Burung itu mencapai buritan sampan dan hinggap di sana. Lalu ia hinggap di kail di mana ia merasa lebih nyaman. –Hal 68
Ia melihat ke sekeliling berusaha mencari burung tadi karena ia menginginkannya sebagai teman. Tapi rupanya burung itu telah pergi.-Hal 70
Jadi, menurut saya novel memiliki banyak sekali nilai sosial yang secara tidak langsung disampaikan pengarang lewat tokoh-tokohnya.

Comments